Senin, 14 September 2020

Day 4. Place I Want to Visit

 Ada satu tempat yang rasanya ingin sekali saya datangi atau menetap untuk waktu yang lama pun tak masalah. New Zealand. 

Suka ngebayangin sendiri dalam hati gimana serunya pagi-pagi piknik di hamparan rumput New Zealand, duduk di atas rumputnya di perbukitan sambil nyeruput susu panas. Pake mantel hangat dan super tebel sambil liatin domba-domba yang ada di sekitaran. Pemandangan di depannya pegunungan-pagunungan yg tertutup salju. Dingin, indah, cantik.
Sesekali kalo beruntung juga bisa sambil lihat kangguru kali yah. Kangguru ini kayaknya satu-satunya hewan yang saya suka. Lucu, di perutnya ada kantongnya. Dulu pas masih SD saya suka mengkhayal gitu kayaknya enak yaaa kalo punya peliharaan kangguru, tiap hari saya sekolah tinggal naik aja ke atas kantongnya terus minta dianterin ke sekolah deh. Ga capek jalan dan ga kepanasan juga. Imajinasi level anak SD hehe
Semoga ada kesempatan yaa wishlist Desi yang satu ini bisa terwujud entah kapan, semoga ada waktunya. Aamiin

Minggu, 13 September 2020

Day 3. A Memory

 Masih dalam rangka mengistiqomahkan diri untuk konsisten menulis selama 30 hari. Memori atau kenangan paling membekas yang saat ini sedang gue ingat adalah satu hari sebelum hari berpulangnya Ibu.

Pagi itu, entah kenapa sebelum berangkat kantor kok rasanya mau make up-an ya, mau pakai baju yang bagus juga. Karena selama masa-masa merawat Ibu, jujur gue ga pernah dandan lagi tiap ke kantor. Bangun pagi, mandi, pake pelembab, sudah. Pakaian yang gue kenakan setiap haripun bisa dibilang "ngasal" karena gue pakai baju apapun yang ada di urutan paling atas di lemari gue. Ga mikirin nyambung atau ga, asalkan masih sopan dan rapi, yasudah.
Tapi hari itu, (yang belakangan gue baru tau lewat drama It's Okay Not To Be Okay tentang psikologi berpakaian-nya Koo Moon Young) hari itu gue pakai midi dress yang biasa gue pakai ke kondangan dengan wajah dipoles makeup tipis. Sepagi itu juga hati gue ga tenang karena sedari malam sibuk memikirkan "beli tabung oksigen dimana ya? :( "
Sedari siang pun suasana hati gue tambah ga karuan karena kakak ngabarin kondisi Ibu yang makin kritis. Gue yang saat itu sedang di kantor, makin gelisah, ga tenang, ga bisa konsentrasi selain nungguin jarum jam bergerak ke arah jam pulang.
Sore sekitar habis ashar, kakak gue ngabarin lagi Ibu yang semakin kritis dan akhirnya diputuskan untuk dibawa ke Rumah Sakit dengan ambulans. Gue yang saat itu bahkan udah rapi-rapi sebelum jam pulang (jaga-jaga supaya bisa langsung cabut begitu jam pulang) langsung pesan ojek online dari kantor ke Rumah Sakit tujuan.
Di tengah perjalanan, gue nerima kabar lagi dari kakak kalau Ibu ditolak masuk Rumah Sakit A karena saat itu UGD penuh. Perasaan gue? Hancur.
Gue berusaha tetat tenang sambil mencoba memberikan solusi alternatif untuk coba dibawa ke Rumah Sakit B, C, D. Setelahnya kakak gue ngabarin kalo Ibu alhamdulillah diterima di salah satu UGD Rumah Sakit. Gue saat itu sampai RS tersebut bertepatan azan maghrib, gue buka puasa sebentar dengan Aqua yang gue beli di jalan. Dari Rumah Sakit tsb disarankan Ibu dibawa pulang kembali ke rumah setelah diberikan obat. Gue ikut mengantarkan Ibu dengan ambulans. Gue yang saat itu lumayan akrab dengan suaranya, sensasi duduk di dalamnya, juga perasaan-perasaan yang entah tiap kali masuk ke mobil tersebut.
Ibu sudah sampai kembali di rumah. Kami baringkan Ibu kembali sampai dirasa Ibu sudah nyaman. Malam sekitar pukul 11, gue biasanya pulang ke rumah bareng Abang. Entah kenapa malam itu rasanya gue berat untuk pulang. Rasanya mau terus ada di samping Ibu di rumah itu walaupun badan gue rasanya lelah dan belum juga buka puasa dengan benar sedari di Rumah Sakit.
Tapi akhirnya gue pulang ke rumah meski dengan perasaan yang berat. Dan tepatnya pukul 2 pagi, kakak gue mengabarkan kalau Ibu sudah pulang.
Terjawab sudah kenapa malam itu gue rasanya berat sekali untuk ninggalin Ibu. Kenapa sedari pagi hati gue terus diliputi perasaan yang entah apa namanya.
Bidadariku berpulang.

13 September 2020