(Pict source: pinterest)
Penggalan kata dari salah satu yg kukagumi karyanya, tiba-tiba saja pagi tadi terlintas, di tengah pikiran yang bercabang dengan urusan kantor, tiba-tiba saja batinku melafalkan kalimat, atau bahasa cinta paling tulus ini.
Hai, untuk kamu yang mungkin saja, di sela-sela waktumu yang super sibuk itu, terbersit ingatmu tentangku, atau tergerak jemarimu mengunjungi laman ini. Bahwasanya, penggalan kalimat dari Eyang Sapardi ini persissss, yang ketika kubaca atau kulafalkan dalam diam, ada kamu di dalamnya.
Ini pengalaman pertamaku, hal-hal yang awalnya kurasa tidak mungkin ada, tapi nyata tengah kurasakan. Tidak lagi mendengar kabarmu, bahkan setelah sekian lama, selain rasanya menyiksa, ternyata ada pengalaman baru yang aku rasakan, atau tengah kualami. Betapa setiap kali ingatan tentangmu muncul di kepala, ingin sekali rasanya kuabaikan, ingin sekali rasanya kurutuki pergimu yang menurutku semena-mena itu. Tapi anehnya, tiap kali kamu hadir dalam bentuk ingatan, aku terus saja berdoa dalam hati agar hari-harimu yang tidak kutau lagi kini selalu dalam lindungan penjagaanNya, semoga apapun yang tengah kamu usahakan, terlebih cita-cita yang dulu pernah kamu sampaikan padaku lantas kita aamiin-kan bersama selalu mendapati kemudahan, dan semoga hari-harimu selalu bahagia meski bukan aku yang menjadi alasannya.
Aku sempat bingung, ini apa? Kenapa untuk merutuki atas apa yang telah kamu lakukan pun aku tidak mampu, malah aku terus mendoakan kebahagiaanmu. Hingga sampai aku teringat pada kata-kata luar biasa milik Sapardi. Bahwasanya doa adalah bahasa cinta yang paling tulus dan murni yang dapat diberikan kepada yang dicinta.
Meski bukan aku orangnya; katamu, semoga bahagia senantiasa menemui hari-harimu. Sebab aku mencintaimu, maka aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu.
Untuk yang pernah menjadi cahayaku.
3 Maret 2021