Ditulis pada: 6 Juni 2016
Kepada: 1 Juni 2016
Abang, tau kah? Hari itu menjadi hari favorit saya sepanjang sejarah. Belum pernah saya pergi ke kampus se-semangat itu. Membawa senyum merekah dari rumah yang tidak lepasnya dari wajah. Walau hanya mendapat jatah tidur 3 jam, walau kelelahan oleh setumpuk kegiatan yang saya jalani sehari sebelumnya, walau jam 10 pagi saya kedinginan di ruang kelas di tengah-tengah jam kuliah karna masuk angin, huf, tidak masalah, saya harus tetap sehat, setidaknya terlihat sehat, di depanmu, Abang.
Abang, tau kah? Sesekali saya gelisah, takut-takut kalau ada penampilan di diri saya yang tidak kamu suka, atau terlihat aneh di matamu, berkali-kali saya bertanya pada teman, meminta mengoreksi pakaian saya, atau lipstik saya yang belepotan. Dan sedih sekali karena saya duduk sembarangan, dan baju putih saya terkena coklat :( abang tau itu, dan saya suka respon kamu.
Abang, tau kah? Saat akhirnya saya lihat lagi kamu, tepat di hadapan saya, ada berjuta kelu yang tak mampu saya ucapkan. Ingin sekali berubah menjadi anak kecil yang loncat kegirangan usai diberi permen. Bukan, abang bukan permen. Abang itu.....
Abang, tau kah? Hari itu menjadi hari yang ingin saya ulangi, berkali-kali. Entah ke Mars mana yang Abang maksud, saya nyaman berada dekat dengan kamu. Entah berapa Alf*mart yang akan kita bangun di Mars tersebut, saya merasa cukup dengan hadirnya abang di hari itu.
Abang, maaf, karena saya tidak menyenangkan, karena saya tidak tahu banyak tentang film, karena saya malah tertidur dan membiarkan Abang menonton sendirian, karena saya tidak menghabiskan makan siang. Maskernya masih saya simpan, buat nanti kalau kita tamasya ke Mars lagi :)
Abang tau kah? Berkali-kali saya mengutuki diri saya sendiri setelah pertemuan tersebut. Menyesali kebodohan saya, keteledoran saya, ke-absurd-an saya yang sempatnya tertidur. Saya selalu ingin memberikan yang terbaik, walau hasilnya masih jauh dari kata baik. Abang bilang tidak masalah, tapi tau kah abang kalau penyesalan saya sulit hilang, saya butuh ditenangkan sekali lagi.
Entah sejak kapan Abang, segala yang ada di dirimu begitu menarik untuk diamati. Segala yang melekat, menjadi begitu penting untuk saya kenali. Entah sejak kapan, saya berhenti mencari, menyadari potongan yang hilang itu telah ditemukan. Entah sejak kapan, yang saya tau, saya bahagia, mendengarkan cerita dan berada di dekat Abang. It is like...yeayyyy I just found my missing pieces. Gitu, Abang.
Saya mau, Abang jangan pergi. Tapi saya tidak akan memaksa. May we find each other soon, and see you in our Mars.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar