Selasa, 25 Oktober 2016

Semesta yang Maha Ajaib

Semesta yang Maha Ajaib

Ajaib. Sebuah kata yang ditujukan untuk sesuati yang di luar nalar, akal sehat, di luar rencana. Setiap kata pasti pernah merasakan hal-hal ajaib dalam hidup. Saya pun, kerap mengalaminya walau tidak sering. Saya pikir semesta yang saya tinggali, yang saya hirup udaranya setiap harinya, pun ajaib. Cara kerja hati dan peranannya pun ajaib.
Semua orang pasti pernah merasakan kecewa, entah karena sore itu hujan turun padahal sudah rapi dan siap pergi. Entah itu karena driver ojek online yang ditunggu-tunggu 30 menit lamanya tidak kunjung datang bahkan meng-cancel orderan, atau kekecewaan lain yang tentu pasti setiap kita pernah mengalaminya. Saya pun, pernah mengalami kecewa, yang disebabkan oleh seseorang yang sudah mendiami hati saya sebegitu dalam. Kecewa yang saya alami, saya coba sembuhkan sendiri dengan menyibukkan diri, mengerjakan pekerjaan yang banyak menyita waktu dan pikiran hingga saya lupa kalau hati saya tengah dikecewakan. Hingga sampai pada suatu fase dalam hidup saya, dimana saya mampu melepaskan segalanya. Melupakan kejadian-kejadian pahit yang meninggalkan luka di hati saya, membuka senyum selebar-lebarnya dan menyapa siapa saja rekanan yg saya temui. Semesta yang Maha Ajaib.
Belum cukup takjub saya akan ajaibnya semesta, sekali lagi saya dibuat berdecak kagum. Ketika seseorang menyapa, mencoba memperkenalkan pada saya bahwa cinta itu tentang bahagia, bahwa jatuh cinta itu tidak semenakutkan apa yang saya bayangkan, bahwa cinta itu bisa dipupuk seiring berjalannya waktu. Saya bergeming, saya masih tidak ingin membiarkan hati saya merasakan rasa yang masih samar. Saya bergeming, mencoba melindungi hati saya yang mudah patah. Seseorang ini pun bergeming, terus mencoba meyakinkan saya bahwa cinta yang ada padanya bisa saya miliki seutuhnya, seapa-adanya yang ia punya. Seseorang yang (katanya) siap melindungi, menjaga saya semampunya. Saya pun takjub, dengan rasa yang ia tunjukkan kepada saya, tidak berlebihan, tidak membuat saya mual (hehe), semuanya wajar, dan saya senang berada di dekatnya. bahagia yang ia tawarkan sederhana, sesederhana itu pula hati saya terjatuh padanya.
Lalu selanjutnya apa? Selanjutnya bagaimana?


Ditulis pada 9 September 2016.
waktu pertama kali telinga saya tidak mendengar kabar tentangmu lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar