Cerita Minggu-Minggu Penuh Perjuangan
Belakangan ini, atau lebih tepatnya dua minggu ke belakang, saya dihadapi dengan situasi-situasi yang sedikit menguras energi pun emosi. Batin saya sebagai perempuan, kerap mengekspresikannya dengan tangisan. Sendiri, ataupun di hadapan keluarga dan teman.
Saya merasa Allah sedang sayang-sayangnya dengan saya, sedang memberikan perhatiannnya dengan penuh ke arah saya. Allah begitu baik. Saya senang berprasangka baik kepadaNya.
Kalau boleh digambarkan, saya seperti dihadapkan kepada batuan besar di hadapan saya, pun di atas pundak saya. Berat. Membuat lelah. Ingin menangis. Tapi tidak ada pilihan lain selain terus berjalan ke depan. Minggu-minggu terberat yang cukup membuat mata saya sedikit panas dan membangkak pada pagi harinya karena terlalu banyak atau terlalu lama menangis. Ah, cengeng. Iya, tapi adakalanya diri juga merasa lelah dan ingin menumpahkan segala isi kepala.
Berada di bawah tekanan yang mengharuskan saya ini dan itu. Terjebak dalam situasi sulit, kesulitan yang sulit yang mengharuskan saya harus tetap bersabar dan sabar. Karena hanya itu pilihan yang saya miliki. Ketika sehabs solat dan berdoa, hanya tangis yang mampu saya keluarkan tanpa kata-kata, terlalu sesaknya dada saya, sambil menutup mata dengan mukena saya bayangkan ada Allah di hadapan yang senantiasa memeluk. Tanpa kata pun, saya yakin Allah mengerti. Allah Maha Mengerti.
Dihadapkan oleh situasi sulit, mungkin ini bagian dari perjalanan hidup saya di usia 21 yang bisa dikatakan sudah dewasa. Allah ingin menggembleng saya supaya tidak lagi cengeng, tidak lagi mudah menangis. Wait, tidak ada yang salah dengan mudah menangis, itu tanda bahwa hatimu masih bekerja dengan baik, bahwa hatimu dimiliki oleh pribadi penuh simpati pun empati. Tidak ada yang salah, hanya harus diseleksi dan diberi pengarahan tentang tempat untuk menangis yang baik. Panjangkan durasi berdoamu, menangislah sekencang-kencangnya dalam sujud. Bahwasanya pendengar yang baik itu ada begitu dekat denganmu, relakamu temui tiap waktu siang dan malam, yang tidak akan mengkhianatimu di belakang, atau membocorkan rahasiamu kepada yang lain. Dialah Yang Sang Maha. Dialah pendengar yang baik. Saya sedang dan masih terus berusaha menikmati tiap-tiap episode pun fase-fase kehidupan yang tak indah. Karena begitulah seharusnya hidup. Perlu adanya sedikit tangis, agar saat kamu bahagia, kamu tidak lupa, bagaimana pedihnya rasa sakit.
Setidaknya dalam kesedihan dan situasi tidak menenakkan tersebut, saya masih punya tempat untuk saya berkeluh kesah. Terima kasih, yaa Allah. Semoga cinta saya terus seperti ini sampai akhir, terus membumbung tinggi menembus langit.
27 April 2016
(seharusnya ngerjain soal UTS, tapi malah nulis blog ( )
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar